01 Oktober 2009

facebook



faisal zulmi At-tamimi





http://photos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs204.snc1/7118_103533756324851_100000046814132_97936_5477911_n.jpg

FACEBOOK

     
       Memiliki 200 juta anggota, valuasi senilai 5 miliar dolar AS dan basis yang merambah jauh melewati awalnya sebagai sarana kongkow mahasiswa dari delapan universitas elite di AS (Ivy League),Facebook telah menjadi gorila seberat 3,6 kuintal dalam kancah jejaring sosial maya. Namun, seperti kata-kata dalam iklan, kehidupan mampir begitu cepat, dan dalam soal ini tak ada yang melebihi kecepatan masa selain waktu internet. Jadi, adakah tahun-tahun terindah bagi Faceboook sedang membenamkan masa terindah itu demi Inovasi Besar lain berikutnya? Yang pasti, tidak ada yang abadi di dunia ini. Mungkin kita memerlukan Microsoft, tetapi sekarang tidak ada seorang pun nyaman menikmatinya (kecuali mungkin Si hiperkaktif Steve Ballmer, CEO Microsoft). Atau AOL? Ah mereka sempurna jika dial up jadi raja koneksi internet, namun ketika era broadband datang menyergap masa ketika koneksi internet harus dengan dial up maka era keemasan AOL pun meredup.

            Tapi internet telah diramaikan oleh ide-ide liar yang menetas terlalu dini atau memungkiri mulianya kematian. Tengoklah David Watherell, si jenius kurang asem yang pada 1999 menjual inkubator internetnya bernama CMGI seharga 18 miliar dolar AS. Tapi pada 2009, nilai CMGI yang kini menjadi ModusLink Global Solutions tinggal seperseratus harga tahun 1999. Ah, setidaknya CMGI masih bisa dipakai. Tapi coba lihat nasib Netscape, Mbah semua perusahaan internet yang go public itu dibeli AOL sebelum era internet meledak hilang bagai letusan gelembung dan akhirnya menjadi almarhum pada 2007. Ada satu lagi, ingatkah anda pada situs video Broadcast.com? Mulanya dibeli Yahoo, tapi kini raib entah kemana. Ini mungkin bisa terjadi pada Facebook, tetapi sebegitu jauh, Facebook mampu memahami kebutuhan sosial orang-orang. Ia tidak hanya mencetak uang, namun juga keuntungan, sekurang-kurangnya 200 juta dolar AS per tahun. Sungguh sebuah angka lumayan untuk perusahaan yang tidak memiliki model bisnis yang jelas.

           Konon asset Facebook mencapai 15 miliar dolar AS, yang diperkirakan berasal dari perusahaan-perusahaan pengelola dana dan pasar sekunder dimana saham-saham milik karyawan diperjualbelikan. Namun, ada tangisan sesal dibalik valuasi asset 15 miliar dolar AS yang tersirat dari investasi 240 juta dolar AS yang dibenamkan Microsoft untuk mendapatkan 1,6 persen saham Facebook pada Oktober 2007. Valuasi ini menyurut gara-gara resesi global. Valuasi adalah bagian penting dari cerita tentang Facebook, tetapi nilai-nilai lainnya, seperti demografi Facebook, bahkan lebih penting lagi. Nilai demografis itu diantaranya tersembul dari kesetiaan para anggota jejaring yang didirikan Mark Zuckerberg itu. Mark masihlah remaja saat pertamakali membuat Facebook, dan di usianya yang ke-25 dia tetap setia dengan Facebook. Ada fenomena lebih menawan ketimbang kesetiaan pengguna. Dulu pengguna Facebook adalah remaja-remaja tanggung, tetapi kini kelompok terbesar yang menjadi anggota Facebook adalah para wanita di atas usia 55 tahun, bahkan anggota yang umurnya antara 45 sampai 65 tahun terus bertambah, melebihi para abg berusia 13-17. Sedemikian jauh, Facebook telah mengindari kesalahan terbesar yang dilakukan jejaring-jejaring sosial maya lainnya, yaitu gagal beradaptasi dengan kebutuhan pasar. Mungkin Facebook akan mati kutu jika membuka keanggotaan untuk orangtua dan eyang para perintis keanggotaan Facebook, tetapi itu tidak terjadi. Sebaliknya, Facebook telah menarik satu komunitas pengembang sosial yang bersemangat, tapi mereka tidak membiarkan adanya customization serampangan yang selama ini membuat beberapa halaman milik jejaring sosial seperti MySpace, bak terkena penyakit ayan. Dan meskipun Facebook bermain-main dengan sisi gelapnya saat menghadapi kenyamanan pribadi pengguna, upayanya mempromosikan OpenID menjadi tonggak terpenting bagi munculnya satu laman sosial yang terbuka. Namun ada satu hal yang harus diperhatikan Facebook, yaitu mencermati derap langkah pesaing mudanya Twitter, si bocah baru di kancah jejaring sosial maya. Dalam banyak hal Twitter itu antitesis dari Facebook, yaitu sebuah komunitas tersebar yang mengerjakan satu hal sederhana yang dijembatani cara-cara dan kemungkinan-kemungkinan yang maha luas. Twitter seketika menjadi favorit orang pada konferensi SouthBYSouthWest di Austin, Texas, tahun 2007 dan makin membahana setahun belakangan ini manakala para politisi dan selebritis ramai menggunakannya. Sekumpulan bocah-bocah keren pencipta Twitter lalu dengan berani memproklamasikan diri bahwa masa lalu telah lewat, hanya karena para tokoh dan pesohor seperti Oprah Winfrey dan Senator John McCain menggunakan Twitter.

Padahal, mungkin saja bocah-bocah ini iri pada para pesohor yang mempunyai ratusan ribu pengikut. Untuk sementara waktu, Twitter menelan seluruh udara ruangan. Untuk urusan merengkuh pengguna baru, memang tidak ada yang menyamai Twitter yang dalam dua bulan terakhir jumlah anggotanya melesak empat kali lipat menjadi 17 juta orang pengunjung di seluruh AS, setingkat dengan pencapaian Facebook untuk mencetak keseluruhan anggota seperti sekarang yang juga fenomenal itu. Seperti halnya Facebook, Twitter sama sekali tidak jelas model bisnisnya tetapi sepertinya akan bertahan lama hingga tahun-tahun kemudian. Namun Twitter kerap beroleh perhatian buruk dari pers, seperti terjadi pekan lalu manakala jejaring sosial ini mengubah seting sistem kerahasiaan pengguna tanpa memberitahu para penggunanya. Langkah ini dicela sebagai prilaku buruk yang serba ingin menguasai, persis dilakukan Facebook. Facebook sendiri tampaknya memahami prilaku Twitter ini. Kemudian, Facebook memperkenalkan perubahan desain dua bulan lalu, yang semodel dengan bagaimana Twitter memperlakukan dunia. Yang pasti, Facebook sudah melewati banyak masa transisi yang justru membuat tersandung organisasi-organisasi internet yang geraknya kurang cekatan. Jejaring sosial ini telah jauh melewati masa di mana hanya menjadi tempat kongkow kalangan muda terpelajar elite. Facebook kini populer di kalangan generasi tua, sama populernya di kalangan abg, dan telah menjadi perkakas harian bagi kehidupan puluhan juta orang. Jadi, Facebook tak mungkin segera meredup.









فيصل جولم التميمي

Tidak ada komentar: